Euforia Dibalik Peringkat Indonesia Naik di PISA 2022? Jangan Senang Dulu!
(Dokumen Foto : Kegiatan Siswa SMAN 3 Mataram di Perpustakaan Daerah (PUSDA) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan tingkat literasi.
Hari Selasa, 5 Desember 2023 lalu telah direlease hasil studi PISA (Program for International Student Assessment) tahun 2022. PISA merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Tes ini bertuan untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains peserta didik sekolah berusia 15 tahun di negara-negara peserta. Tes ini sangat penting dilakukan karena dapat mengukur ketrampilan abad 21 dari peserta didik, yang merupakan indikator dari kesuksesan generasi dalam 5 sampai dengan 10 tahun yang akan datang.
Dari 81 negara yang mengikuti PISA, pada tahun ini tercatat posisi Indonesia berada di peringkat 69 untuk literasi dan peringkat 67 untuk matematika. Posisi ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan hasil tes PISA di tahun 2018 yang menduduki urutan ke 74 untuk tes literasi, urutan ke 73 untuk matematika, dan urutan ke 71 untuk sains.
Dibalik kenaikan peringkat tersebut, kenyataanya, hasil skor PISA Indonesia tahun 2022 telah menunjukkan angka penurunan. Rata-rata penurunan skor dunia adalah 18 poin, sedangkan Indonesia secara menyeluruh mengalami penurunan 12-13 poin, namun seharusnya ini tidak dianggap sebagai prestasi dan keberhasilan. Karena hal ini mencerminkan krisis pembelajaran di Indonesia yang semakin buruk dan harus segera diatasi secara serius serta berkelanjutan.
Dilansir dari Media Indonesia, 7 Desember lalu Praktisi pendidikan dan Pengawas Yayasan Penggerak Indonesia Cerdas (Pengincer), Dhitta Puti Sarasvati menjelaskan bahwa dalam laporan PISA tersebut yang memiliki tingkat level 1-6, rata-rata hanya ada 18% siswa yang berhasil mencapai level 2 pada kategori matematika. Sementara data di negara lain menunjukkan rata-rata berkisar di angka 69%. “Level dua pada kategori Matematika itu dasar sekali, artinya siswa bisa menginterpretasi data dan menyadari situasi konteks yang tidak butuh inferensi terlalu rumit seperti menggunakan algoritma dasar, merepresentasikan situasi sederhana dengan membandingkan jarak dua jalan yang berbeda, dan mengkonversi mata uang ke dalam mata uang lain,” ujarnya.
Selain itu, Dhitta mengatakan tak ada satupun pelajar Indonesia yang disurvei dalam laporan PISA berada pada level 5-6. Sementara negara-negara seperti Macau, Tiongkok, Jepang dan Estonia berhasil membawa 85% siswa mereka pada level di atas 2. “Hampir tidak ada siswa Indonesia yang merupakan top performance pada level 5-6 di mata pelajaran matematika. Meskipun ada beberapa siswa dari Indonesia yang berhasil masuk ke dalam kompetisi olimpiade global, tapi siswa-siswa ini tidak masuk dalam populasi perhitungan,” jelasnya. Tidak hanya pada kategori Matematika, Dhitta mengatakan bahwa Indonesia juga tidak memiliki siswa yang mencapai level 5 dan 6 di bidang literasi membaca. Kenihilan itu juga terjadi pada kategori sains.
“Hal ini tentunya menjadi perhatian karena hasil PISA Indonesia juga memperlihatkan bahwa secara socio economic, baik yang rendah dan tinggi ternyata hasilnya juga tidak berbeda. Artinya baik yang kaya maupun miskin, keduanya memiliki peringkat rendah, faktor ekonomi tak berpengaruh dan gap-nya justru kecil,” ungkapnya. Sementara jika dibandingkan dengan negara lain. Dhitta memaparkan bahwa telah banyak negara memiliki siswa yang mencapai level 5 dan 6 dalam semua kategori. Misalnya saja Singapura memiliki siswa yang mampu berada di level 5-6 pada ketiga kategori sebesar 41%, Taipei sebesar 32%, Macau sebesar 29%, Hongkong sebesar 27%, Jepang sebesar 23% dan Korea 23%.
Semoga siswa-siswi SMAN 3 Mataram, perlahan mau meningkatkan minat bacanya. Agar daya saing pendidikan dan ekonomi Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. (en)
Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/635597/standar-ganda-kenaikan-skor-pisa-indonesia-harus-dicermati
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini